Demi Kesejahteraan Rakyat, JOSWI Siap Wujudkan Program 30 Juta Setiap RT

NASIONAL237 Dilihat

SUKOHARJO, INFODESANEWS | Sebagai calon bupati Sukoharjo 2020-2024, Joko Santosa, atau yang akrab disapa Joko Paloma tentu sudah mempersiapkan diri dengan matang. Hingga lahirlah spirit Bela Bolo Sukoharjo yang menjadi ciri khas perjuangan relawan dan semua tim yang mendukungnya. Dari semua program atau visi misinya, jika kelak benar-benar terpilih menjadi bupati, ada satu yang paling menarik. Yaitu tentang gerakan perubahan di Sukoharjo.

“Saya dan pemerintahan baru nanti, akan berusaha menanamkan pola pikir yang lebih maju dan modern,” ungkap Joko Paloma, saat dijumpai INFODESANEWS.COM di rumah kediamannya, di kawasan Gumpang, Sukoharjo, Jateng, belum lama ini.

Menurutnya, selama ini mindset (pola pikir) masyarakat tidak pernah berubah. Sehingga jika toh ada kemajuan pembangunan, jalannya tidak bisa cepat. Atau bisa dikatakan selalu ketinggalan dengan wilayah-wilayah lainnya. Hal itulah yang menjadi keprihatinannnya selama ini. Dengan perubahan mindset tersebut, insya Allah apa yang dicita-citakan seluruh masyarakat Sukoharjo bisa cepat terwujud.

Seperti misalnya di bidang ekonomi, masyarakat harus bisa menjadi wirausaha. Dan jangan hanya mengandalkan ingin menjadi pegawai negeri atau karyawan saja. Sebenarnya, kalau mau setiap potensi di wilayah Sukoharjo bisa dijadikan garapan ekonomi yang dasyat. Tinggal bagaimana saja mengolahnya. Dan tentunya juga tergantung niat dari setiap insan masyarakat Sukoharjo sendiri.

Satu hal yang ingin ditekankan, adalah bagaimana mendidik masyarakat menjadi wirausaha yang produktif. Artinya mulai sekarang mereka harus bisa, atau belajar berinovasi dan berkreasi untuk membuat atau menjual barang/jasa sebagai kebutuhan produksi lainnya. Misalnya membuat produk gelas plastik untuk kebutuhan produksi minuman. Atau membuat kerajinan yang bisa digunakan untuk kebutuhan pengusaha yang lebih besar.

Atau jika jeli, kinilah saatnya membuat produk kerajinan atau produk lain yang ramah lingkungan. Karena trend sekarang ini, banyak usaha atau bidang-bidang yang membutuhkan produk yang bersifat ramah lingkungan. “Jadi tidak melulu membuat atau menjual produk yang hanya untuk konsumsi praktis. Seperti membuat nasi atau minuman segar yang dijual di pinggir jalan,” imbuhnya lagi.

Sebenarnya usaha semacam itu memang bisa menguntungkan. Namun dengan membuat produk untuk kebutuhan produksi lain bisa jauh lebih menguntungkan nilainya. Hal tersebut terbukti dari pengalamnnya selama ini menjadi pengusaha di beberapa bidang. Apalagi Joko Paloma juga aktif menjadi staf pengajar kampus serta anggota dewan. Sehingga ia memang tahu betul bagaimana seharusnya masyarakat Sukoharjo harus bergerak untuk membuat diri dan wilayahnya lebih makmur lagi.

“Itulah nantinya, saya akan wujudkan program Dana setiap RT Rp 30 Juta setiap tahunnya. Sehingga percepatan pembangunan setiap wilayah bisa tercapai dengan mulus,” papar Joko yang dikenal sebagai pemilik bisnis Group Paloma ini.

Dana tersebut diharapkan bisa digunakan untuk pembangunan di bidang apa saja. Baik infrastruktur ataupun pemberdayaan masyarakat. Karena setiap RT tentu dianggap paling tahu kebutuhan (pembangunan) apa saja, terutama yang sangat diinginkan untuk kemakmuran warga di wilayahnya masing-masing. Yang jelas dana tersebut harus diprioritaskan untuk sesuatu yang bersifat produktif. Atau setidaknya melalui tim ahli ekonomi yang nanti akan dibentuknya sendiri.

Masih menurut Joko, sebenarnya masih banyak bidang garapan untuk ditekuni dalam bidang kewirausahaan. Namun masyarakat sendiri kadang silau dengan apa yang telah sukses di wilayah lain. Padahal belum tentu hal tersebut cocok atau sesuai jika diterapkan di wilayahnya sendiri.

Di bidang ekonomi kreatif lain, ia juga membidik potensi wisata di wilayah masing-masing desa. Harapannya, masing-masing wilayah mempunyai produk unggulan wisata yang bercirikan sendiri-sendiri. Sehingga ada semacam brand image yang melekat pada setiap wilayah tersebut. Misalnya desa wisata yang khusus menjual kuliner, agrowisata, seni, tradisi, kerajinan, pesona alam, atau bahkan semacam wahana khusus yang berbeda dengan wilayah lainnya.
Malah jika bisa, setiap ciri khas wisata tersebut bisa lebih difokuskan lagi. Seperti jika sebuah wilayah terkenal dengan produk palawija, perikanan, atau sayuran. Tentu bisa dibuat semacam paket wisata kuliner yang memang mengandalkan potensi setempat. Misalnya kuliner khusus sayuran (vegetarian), atau kuliner khusus berbahan baku palawija atau mungkin umbi-umbian.

“Jika masing-masing wilayah sudah mempunyai ciri khas sebagai destinasi wisata, akan terjadi multi efek ekonomi. Atau jelasnya lebih gampang untuk mengembangkan potensi tersebut menjadi paket-paket wisata yang dikelola baik oleh pemerintah daerah atau masyarakat sendiri,” urainya panjang lebar.

Sementara itu, nanti di bidang pembangunan yang menyangkut non materi. Misalnya pembinaan umat, budi pekerti, tata kelola pemerintahan, birokrasi yang bersifat egaliter dan humanis akan menjadi tugas bersama, terutama oleh wakil bupati pasangannya nanti.

Sedangkan seorang bupati, atau pemimpin daerah memang tugas beratnya harus bisa memakmurkan masyarakat di wilayahnya. Untuk itulah mau tidak mau harus memiliki ilmu dan jiwa kewirausahaan. Atau menjadi kreator pemberdayaan. Nah tentu saja bidang ekonomi mendapat porsi perhatian yang lebih besar. Baik menyangkut anggaran, potensi sumber daya manusia (SDM), ataupun sumber daya alam (SDA).

Satu hal lagi adalah pemerintah wajib memperhatikan kesejahteraan masyarakat tanpa kecuali. Sehingga usia yang sudah dianggap tidak produktif (tua), tetap berhak untuk membuat dirinya mandiri secara ekonomi. Sehingga nantinya akan dibuat semacam program training (pelatihan) lintas umur, gender, sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, dan potensi daerah yang ada.

“Dengan pelatihan ekonomi tersebut, ketangguhan ekonomi diharapkan terjadi pada semua lapisan masyarakat. Artinya masyarakat Sukoharjo secara adil dan merata bisa merasakan semua, apa yang namanya kemakmuran tersebut,” ulasnya.

Di bidang pertanian, lebih lanjut Joko Paloma juga mengatakan akan lebih mengefisienkan ilmu pertanian terapan. Artinya ilmu pertanian harus mengedepankan tingkat efektifitas produksi. Baik lewat keragaman produksi ataupun ketepatan penggunaan pupuk sesuai kondisi lingkungan masing-masing.

Yang pasti, tugas utama dan berat nanti sebagai seorang pemimpin harus bisa merubah mindset masyarakat yang selama ini jalan di tempat. Sehingga seorang pemimpin tidak asal bagi-bagi proyek saja, namun harus benar-benar memikirkan kesejahteraan masyarakat secara ril atau terwujud nyata.

Untuk para investor yang akan mengais rejeki di bumi Sukoharjo, juga akan diseleksi yang benar-benar memihak rakyat. Atau mereka para pengusaha yang benar-benar tahu tatanan pro rakyat Sukoharjo. Baik menyangkut lokasi usaha, SDM, ataupun sumber tenaga kerja harus bisa mengakomodir kepentingan rakyat Sukoharjo sendiri. (panut/hr)

Berita Terkait

Baca Juga