Misteri Makam Kucing ‘Keramat’ Kesayangan Paku Buwono X di Jalan Trotoar Solo Baru

INFODESA, PERISTIWA54 Dilihat

SUKOHARJO—INFODESANEWS, Makam berukuran kecil berada di sudut jalan di kawasan Solo Baru, Sukoharj. Nisan tersebut adalah makam hewan klangenan dalem milik Paku Buwono X, yakni kucing candramawa.

Makam tersebut berada tak jauh dari Patung Bundaran Bung Karno di Solo Baru. Letak makam tersebut juga tepat di trotoar yang berada di salah satu rumah makan dan bengkel milik warga setempat.

Salah satu warga Tanjunganom RT 004/ RW 005, Grogol, Sukoharjo, Yudi, mengatakan makam tersebut sudah ada di depan rumahnya sejak sebelum dia lahir. Menurutnya, dari cerita yang didengar dari sesepuh di tempatnya, lokasi tersebut dulunya merupakan kompleks makam hewan peliharaan Paku Buwono X di masa pemerintahannya.

“Saya warga asli sini. Salah satu saksi tata kota juga. Dulu jalan di depan ini belum ada dan masih pemukiman dan sekitarnya area persawahan. Jalannya itu masih di seberang sana. Tapi karena ada tata kota, ya akhirnya banyak penggusuran dan jadi jalan ini,” kata dia, Rabu (27/10/2021).

Dia mengatakan saat ini masih ada beberapa warga luar kota yang datang dan sekadar menabur bunga di makam tersebut. “Ya masih ada yang nyekar. Biasanya orang Jatim. Tapi saya biarkan saja, soalnya tidak mengganggu,” imbuh dia.

Sementara itu, Canggah Dalem Paku Buwono X, KRMT L. Nuky Mahendranata, mengatakan makam tersebut merupakan makam kucing jenis candramawa yang diyakini berwarna hitam bernama Nyai Tembong. Kucing tersebut menurutnya merupakan salah satu hewan kesayangan Paku Buwono X saat itu. Sejarah tersebut diyakini dengan tulisan yang terdapat di nisan.

“Dulu di kawasan tersebut tempat pemakaman klangenan dalem. Di sebelah patung Bung Karno itu juga dulu sejarahnya tempat memandikan kerbau, gajah milik keraton. Bukti dulu sebagai makam klangenan dalem juga muncul karena warga setempat yang akan membangun rumah saat menggali tanah menemukan kerangka-kerangka hewan,” katadia.

Saat masih menjadi area agararis, di makam tersebut kerap diadakan upacara adat dengan sesajian oleh para petani. Upacara tersebut demi keberhasilan panen dan menjauhkan dari wabah hama tikus.

“Karena itu makam kucing, dulu kerap ada sesajen dari para petani. Maksudnya agar terlindungi dari serangan hama tikus karena kucing predator alami tikus. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi karena memang sudah bukan area persawahan,” ujar dia.

Saat ini makam tersebut dibiarkan berada di tengah trotoar. Warga setempat yang mengetahui keberadaan makam tersebut membiarkannya dan tidam berniat memindahkan makam karena dinilai tidak mengganggu. (eko/h/*)