Semarang, Infodesanews.com – Hingga periode Januari 2018 pertumbuhan perbankkan di Jateng menunjukan peningkatan yang positif hingga mampu memberikan share cukup signifikan terhadap nasional.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 3 Jawa Tengah dan DIY Bambang Kiswono mengatakan sektor perbankan di wilayah Jateng pada posisi Januari 2018 mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan.
Menurutnya, pertumbahan itu terlihat dari jumlah kredit yang disalurkan perbankkan di provinsi ini tercatat mencapai sebesar Rp275 triliun, meningkat sebesar 10,03% yoy dengan share terhadap nasional sebesar 5,84%.
“Selain itu, NPL perbankan Jateng tercatat sebesar 2,83%, lebih rendah dibandingkan NPL nasional yang sebesar 2,94%,” ujarnya kepada pers saat Ngopi Bareng Wartawan yang membahas mengenai perkembangan industri jasa keuangan, di Semarang, Senin (26/03/2018).
Sedangkan perbankan syariah, lanjutnya, juga mengalami pertumbuhan yang menggembirakan hingga posisi Januari 2018 jumlah pembiayaan yang disalurkan tercatat sebesar Rp17,7 triliun, meningkat 15,71%, dengan share terhadap nasional tercatat sebesar 6,14%.
Sementara NPF pembiayaan di Jateng tercatat sebesar 3,27% atau lebih rendah dibanding NPF nasional yang tercatat sebesar 4,44%.
“Penyaluran kredit di Jawa Tengah kami rasa telah berjalan efektif dan sesuai dengan yang diharapkan,” tuturnya.
Hal itu, dia menambahkan bisa terlihat dari jumlah kredit yang disalurkan berdasarkan jenis penggunaannya yterdiri kredit modal kerja dengan penyaluran sebesar Rp146 triliun, atau 53% dari kredit keseluruhan yang disalurkan.
Bambang menuturkan perkembangan sektor jasa keuangan non bank di Jateng, berdasarkan data Januari 2018 untuk premi asuransi tercatat sebesar Rp10,9 triliun dengan nominal klaim sebesar Rp5,2 triliun.
Aset bersih Dana Pensiun tercatat sebesar Rp4,63 triliun dengan share terhadap nasional sebesar 1.75% dan nilai investasi sebesar Rp4,59 triliun. Selain itu, nilai piutang perusahaan pembiayaan tercatat sebesar Rp46 triliun dengan kontribusi share terhadap nasional 10,83% dan NPF yang hanya sebesar 0,94% lebih rendah dibanding nasional.
Sedangkan di sektor pasar modal, posisi Januari 2018 jumlah single investor identity (SID) di Jateng tercatat sebanyak 58.182, dengan nilai transaksi saham sebesar Rp8,2 triliun.
Menurut Bambang, beberapa waktu lalu OJK telah mesosialisasikan penawaran kepada masyarakat jenis alternatif pembiayaan baru melalui PeertoPeer Lending Financial Technology (Fintech).
Sejalan dengan kebijakan pemerintah yang mendukung perkembangan fintech, pada 28 Desember 2016 OJK telah mengeluarkan POJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Langsung Berbasis Teknologi Informasi (LMPUBTI) atau PeertoPeer Lending.
“Hingga Februari 2018 total pinjaman yang disalurkan perusahaan mencapai senilai Rp3,54 triliun, mengalami kenaikan 38,23%, dengan jumlah penyedia dana 128.119 investor meningkat 26,93% dan jumlah peminjam 546.694 tumbuh 110,56% secara nasional,” ujarnya.
Sedangkan di Jateng Hingga periode Februari 2018 tercatat jumlah pemberi pinjaman (lender) sebanyak 8.000 orang dengan transaksi sebesar Rp66,6miliar dan jumlah peminjam (borrower) sebanyak 22.000 orang dengan transaksi kurang lebih sebesar Rp218,8miliar.
Dengan fokus pada perlindungan konsumen, lanjutnya, maka pengembangan fintech diharapkan sejalan dengan tugas OJK dalam mendorong inklusi keuangan di masyarakat serta membangun industri jasa keuangan yang sehat.
Dia menuturkan untuk melindungi kepentingan konsumen termasuk data nasabah, perusahaan fintech harus menerapkan tata kelola perusahaan yang baik, seperti manajemen risiko sehingga mendorong transparansi, akuntabilitas, tanggungjawab, independensi dan keadilan.
“Perusahaan fintech wajib memberikan edukasi keuangan kepada konsumen agar pemahaman mengenai layanan fintech menjadi lebih baik,” tuturnya. (Ndi)