RM Adiningrat (Sentono Dalem Keraton); “Eling, Sabdo SISKS. PB.X”

NASIONAL, PERISTIWA314 Dilihat

SOLO, INFODESANEWS | Konflik yang terjadi di Keraton Surakarta mendapat perhatian besar dari pembaca INFODESANEWS.COM sepanjang hari Sabtu (25/12/2022) kemarin. bahkan salah satu Sentono Dalem Keraton Surakarta Hadiningrat, RM Adiningrat pun ikut memberikan pendapat terkait konflik tersebut.

Seperti diberitakan, konflik ini berujung pada baku hantam antara pihak Paku Buwono XIII dengan kubu Lembaga Dewan Adat (LDA) pimpinan GKR Koes Moertiyah. Lima orang disebutkan terluka akibat bentrokan ini.

Keraton Surakarta Hadiningrat ( foto : fok)

RM. Adiningrat menilai bahwa konflik Keraton yang berkepanjangan itu bisa menurunkan citra Keraton yang adiluhur. “Wus sinerat ing Sastro, Kaweco ing Sabdho……..Bilih dawuh pangandiko dalem SISKS. PB.X duk inguni. Menowo mbesuk sakpungkurku bakale wus ora ono Ratu maneh……Nanging Kraton iki tetep ono, sanadyan Uripe mung kari sak megrake Payung….…. (Artinya : Besok sepeninggal saya (PB.X) sudah tidak ada Raja lagi di Solo ini, tetapi Kraton/Kerajaan ini masih tetap ada/berdiri, walaupun hidupnya tinggal selebar Payung),” ujarnya.

Adiningrat mengatakan bahwa konflik tersebut sudah terbukti sejak tahun.1939 PB.X wafat, diganti PB.XI hingga Th.1945 lalu diganti lagi PB.XII. Bersamaan dengan berdirinya NKRI, maka seluruh aset milik Kerajaan beralih ke Negara sehingga Raja tidak memiliki wilayah teritorial lagi serta kekuasaan secara politik.”Sudah tidak ada pemasukan buat menghidupi para Sentono putro/putri, kerabat & abdi dalem serta pembiayaan upacara adat dan lain sebagainya,” ungkapnya.

Almarhum SISKS. PB.X (foto : dok)

Ditambah lagi dengan adanya konflik internal/perebutan kekuasaan diantara putra/putri PB.XII Almarhum yangg berkepanjangan. Dan tidak hanya itu, PB.XIII Hangabehi banyak tertimpa kasus asusila/human trafiking beberapa kali, sehingga kewibawaan sebagai Raja mulai dipandang sebelah mata oleh warga masyarakat solo maupun nasional.

Artinya Sabda SISKS. PB.X diatas saat ini telah menjadi kenyataan yang tidak terbantahkan lagi. Bagaimana tidak, Kraton Surakarta sebagai asset peninggalan Dinasty Prasasti sejarah Kerajaan Mataram Islam, harusnya tetap terawat, dilestarikan sebagai pusat sejarah & budaya jawa yang adiluhung sekarang ini nasibnya tinggal menunggu runtuh menjadi puing-puing yang tidak berharga. Hal ini disebabkan, karena tidak ada biaya/anggaran untuk perawatan.

“Jangankan biaya perawatan dan biaya upacara adat, buat bertahan hidup sehari-hari saja susah. Para putro-putri dalem saat ini, sebagian besar kondisi ekonomi keluarganya benar dibawah minus,” kata Adiningrat lebih lanjut.

Tapi itulah kenyataan yang terjadi, tidak bisa dicegah, dikurangi, ditambah maupun dirubah, kecuali dijalani dengan Tabah, Sabar, Tawakal hingga musibah/Karma ini terlalui semuanya.

RM Adiningrat mengibaratkan seperti Ada pepatah mengatakan habis gelap terbitlah terang,
oleh karena itu ntuk menuju terang, harus mengalami gelap dulu.”Mau Sembuh, ya harus Sakit dahulu. Hanya ini pendapat yang dapat saya sampaikan mengenai nasib para penguasa Kraton Surakarta. Sungguh kita semua merasa sangat prihatin terhadap kondisinya. “Wis Kratone Ora Kopen, Ratune Ora Kajen, semoga segera mendapat solusi terbaik,” pungkasnya. (*/her/red slo)

Berita Terkait

Baca Juga